PKD PMII KOMISARIAT UIN SGD BANDUNG

Pelatihan Kader Dasar Pergerakan mahasiswa Islam Indonesia Komisariat UIN SGD BANDUNG

Pendidikan dan Pelatihan Jurnalistik

Pendidikan dan Pelatihan Jurnalistik oleh Lembaga Pengembangan Pers dan Jurnalistik Pergerakan Islam Indonesia Komisariat UIN SGD BANDUNG, baca selengkapnya

Kabar Rayon

Bagi sahabat-sahabat Rayon Komisariat UIN SGD Bandung yang ingin mengirimkan tulisan, salam, ktirik dan saran ataupun sekedar Publikasi kegiatan bisa post informasi di blog ini. Selengkapnya...

Photo-photo Aksi

Tangan terkepal..dan Maju ke muka, LAWAN!!!

Kebersamaan Warga Pergerakan

Photo bareng panitia dan peserta saat berlangsungnya acara Pelatihan Kader Dasar PMII Komisariat UIN SGD Bandung
Tampilkan postingan dengan label Catatan Komisariat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Catatan Komisariat. Tampilkan semua postingan

Jumat, 23 Desember 2011

Antara Sastra Dan Warta

Konon, dahulu kala ketika zaman jahiliyyah, ketika sastra lisan mendominasi kehidupan di Arab, seorang sastrawan begitu disegani, bahkan ditakuti masyarakat. Bagaimana tidak, dahulu ketika seorang penyair mulai tidak menyukai seseorang atau bahkan ada yang mau melawannya, maka ia pun akan menelanjangi orang tersebut dengan syair-syairnya.

Dengan kondisi seperti itu, para penyair otomatis mempunyai kekuatan tak kasat mata namun mampu memberika efek terror yang sifnifikan kepada masyarakat. Hal tersebut bahkan dapat dikategorikan kepada suatu istilah yang disebut dengan tindak kekerasan simbolik. Sepertihalnya yang diungkapkan Bourdieu, bahwa ada sebuah tindak kekerasan yang halus dan tak tampak, yang disembunyikan dibalik pemaksaan dominasi, yang kemudian ia sebut dengan istilah Kekerasan symbolik.

Sebaliknya, kepada orang yang ia senangi, seorang penyair akan memberikan pujian setinggi langit. Dan otomatis –karena sastra lisan digandrungi pada masa itu- seluruh pelosok negeri pun akan mengetahui track record seseorang yang dipuji dalam syair penyair tersebut.

Bagaimana dengan hari ini, masih adakah sosok yang ditakuti dan disegani bahkan oleh para individu tingkat level masyarakat yang lebih tinggi seperti halnya penjabat atau publik figur pada umumnya. Dan jika ada, tak lain dia adalah PERS. Banyak individu yang disegani, dihormati masyarakat umum, namun tak berkutik jika ia sudah bergerak. Banyak orang berhutang budi padanya, dengan intensitas pemberitaan yang ia lakukan sehingga membuat seseorang tenar. Namun, ada juga yang begitu mengecamnya karena pemberitaan yang mengakibatkan namanya kotor, dan mendapatkan blacklist dari masyarakat.

Kita mengetahui, seseorang mampu dikenal karena pemberitaannya. Jika ada pertanyaan siapa Penjabat terbaik hari ini? Siapa aktor favorit anda? Siapa penyanyi terbaik menurut anda? Saya yakin sebagian besar jawaban anda bereferensikan terhadap pemberitaan yang ada di pers. Karena pers mampu menimbulkan opini publik yang efektif dengan pemberitaan yang bersifat redudansi (pengulangan/berulang).

Namun hal tersebut bisa berjalan sebaliknya. Sebut saja kasus pemberitaan pernikahan kedua (poligami) Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) yang mengejutkan masyarakat. Bukan saja masyarakat umum yang heboh membicarakan pernikahan kedua dai kondang ini, tapi pemerintah sampai merasa harus merevisi undang-undang pernikahan. Dan seketika pamor ulama yang biasa disapa Aa Gym ini anjlok karena pemberitaan tersebut. Atau bisa kita telaah bagaimana kasus skandal seks yang menimpa mantan presiden amerika, Bill Clinton, yang di blow up media yang mengakibatkan goyangnya pemerintahan yang ia emban saat itu, dan diduga pemberitaan tersebut bersumber pada lawan politiknya di parlemen amerika.

Itulah dia, dia adalah pers. Yang memberikan angin segar, namun tak jarang memberikan kabar tak sedap yang ditujukan kepada individu. Tak mengenal siapa, tak mengenal apa. Sejatinya pers adalah ruang kejujuran bagi masyarakat. Yang bebas dari distorsi-distorsi komunikasi, dan terbebas dari manipulasi opini yang ditujukan kepada publik.

Baca juga Artikel ini di
http://prosesberfikir.blogspot.com/2011/10/antara-sastra-dan-warta.html

Rabu, 14 September 2011

Obrolan Eksistensialis dan Fenomenologi antara Odith dengan Astri

Oleh : Arip Budiman



assalamualaikum, puji syukur kepada Allah Swt yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk tetap selalu terdorong menulis. Kepada kang fauz yang telah menginspirasikan saya, karena sudah  membuat saya penasaran akan Eksistensialisme sartre yang terangkum dalam bukunya (semesta sabda) yakni obrolan sartre dan sabda. sungguh buku yang menggelitik dari kang fauz, karena telah membuat saya terus penasan akan sartre, untung saja tidak mati penasaran hehehehehe. kepada sahabat-sahabat komisariat kota bandung yang sudah mau sharing, sahabat-sahabat saya anak-anak rayon psikologi komisariat UIN SGD kota Bandung yang juga sudah bikin saya semangat membaca. buat kalian tetap semangat terus yaaaa jaya wat psikologi. buat odit dan astri saya minta izin wat penamaan tokoh cerpen yang akan saya tulis. ya gitu aja tkut keburu habis karakter penulisannya hehe.mhn mf saya tidak bisa sebut satu-satu nama sahabat-sahabat. mohon pengertiannya.
langsung saja, ada sebuah cerita :
pada suatu hari, odith dan astri sedang menunggu bis di bunderan cibiru. Odith dan Astri pada saat itu belum saling sapa, karena belum saling mengenal satusama lain. ketika odith dan astri duduk di sebuah halte sembari menunggu mobil yang ditunggunya, lalu diantara mereka memulai obrolan, diawali oleh sey hey odith dan pertanyaannya :
“odith” : hai….. mau kemana?
“astri” : hai juga, saya mau ke pasar, kalau kamu mau kemana?
odith” : saya mau ke pengajian, eh iya lupa, ngomong-ngomong namamu siapa? sebelumnya perkenalkan nama saya odith.
“astri” : oh odith, perkenalkan nama saya astri, duh rajinnya, mau kepengajian dimana dit?
“odith” : mau ke pengajian ustadz Maulana Yusuf yang di Jl. Karapitan itu as. daripada di rumah gak ada kerjaan. eh kamu emangnya mau ke pasar mana?
“Astri” : oh pengajian ustadz maulana yusuf….. sama atuh kita satu jurusan kesana. saya mau ke pasar yang deket UNIVERSITAS SANGGABUANA tea dith.
“odith” : oh…. yaudah kiata bareng aja kesananya as. hmmmm boleh nanya lagi gak as?
“astri”: kan kita lagi ngobrol, yang namanya ngobrolkan diawali dari bertanya hehehe ngertikan maksud astri?
<"odith" : hahahaha bisa aja kamu ah. begini as, apa kamu nyaman dengan nama kamu? dan apakah kamu menrasa bahwa kamu bisa menjadi dirisendiri karena namamu?
“astr” : hmmmm maksudnya? kayak pertanyaan filsafat aja.
odith” : ya begitulah, dulu orang-orang pada masa socrates filsafat menjadi obrolan sehari-hari bagi warga sekitar, gak ada salahnya kan budaya itu ciba kita terapkan dan biasakan mulai dari kita walaupun baru kenal.
Astr” : ya sepakat. ohya, saya merasa nyaman kok dengan nama yang telah saya sandang dari lahir, dan saya juga merasa ada (red. jadi diri sendiri), karena saya selalu berpikir. karena kalau saya gak berpikir yaudah saya mati hehehe
odith” : wahhhhhh ungkapanmua mirip sama descartes “ketika aku berpikir maka aku ada”. tapi kalo saya liat jawabanmu, bukan namamu yang buat kamu merasa ada, tapi karena berpikirmu? adakah korelasinya setiap berpikir dengan rasa nyaman?
astri ” : hmmmmm pertanyaan yang bagus tuh. saya pikir proses berpikir selalu tetap ada korelasinya dengan kenyamanan dan pemahaman, nama sebenarnya hanya sebatas aksidental pada tubuh saya, dan kerena proses bepikir itulah antara nama dan proses mengadaku terjadi singkronisasi untuk menjadi ada.
odith” : oh begitu tah, berarti berbicara berpikir, berbicara pemahaman atau kesadaran juga tah as?
aastri” : ya tepat sekali…..karena bagaimana mungkin proses berpikir ada tanpa sadar atau kesadaran. kalau namakan sebatas aksiden, jadi eksistensi sudah mendahului ketika kita sedang mengada, bener gak? hehehe. ohiya kalau kamu sendiri gimana?
odith” : ya bisa diterima juga… fenomenologi banget kamu as. kalau saya sebenarnya nyaman-nyaman aja dengan nama saya, cuma kalau berbicara eksistensi saya dalam sebuah kemengadaan, saya kadang merasa ada dan lebih sering merasa tidak ada sama sekali.
astri: ya betul, memang saya lagi baca fenomenologi hehehe. hmmm bisa sedikit agak dijelaskan ungkapanmu dith?
odith” : saya juga suka fenomenologi as, namun ada sedikit kritikan buat fenomenologi dari saya, yaitu penjelasan dari apa yang telah saya ungkapkan tadi.
yang pertama jika ada kaitanya  antara pemikiran dan kesadaran seperti yang telah kamu ungkapkan, maka berbicara kesadaran kata sartre ada dua. yakni kesadaran non reflektif dan kesadaran reflektif. yangdimaksud kesadaran non reflektif adalah kesadaran kita sehari-hari. contohnya seperti sekarang kita melihat mobil, daun pohon yang hijau, kerudungmu dan lain=lain. disini kita tidak ada (dalam artian kesadarannya) yang ada hanyalah mobil yang saya lihat, daun, pohon dan kerudung serta oranglain yang telah tersedot dalam pikiran saya, semuanya tersedot seperti halnya air dalam bak mandi yang tersedot pada saluran pembuangan. sedangkan kesadaran reflektif sendiri adalah ……
obrolan odith tiba-tiba saja kepotong oleh teriakan astri akan mobil yang ditunggu-tunggunya. ternyata mobil yang ditunggunya dari tadi telah meninggalkan mereka berdua. lalu astri berteriak ke odith :
astri ” : hey odith, liat mobil yang kita tunggu ternyata sudah meninggalkan kita…
karena keasikan mereka berbincang-bincang tentang filsafat, mereka tidak menyadari bahwa mobil yang ditunggunya telah meninggalkannya.
odith : waaaaah kita nunggu lama lagi dong…..
astri : iya, kamu sih kepanjangan menjelaskannya, jadinya saya keasikan mendengarkan penjelasanmu. yaudah sembari nunggu mobil lagi lanjutkan penjelasanmu, kamu gak telatkan ke pengajian maulana yusufnya?
odith : sudah telat sih…. tp gpplah. hmmmm kesadaran non reflektif adalah kesadaran tentang pikiran kita sendiri atau kita sendiri, contohnya ya tadi, ketika kita menyadari bahwa mobil yang kita tunnggu telah jauh meninggalkan kita, disini kita berpikir betapa bodohnya kita, karena telah terlena dan tersedot kesadaran kita akan apa yang diobrolkan kita. tadikan yang pertam, sekarang yang kedua : disinilah salahnya descartes atau edmun husrel. harusnya descartes berkata “ketika aku berpikir maka adapikiran” hehehehe
astri” : hehehehe begitu kah?, berarti kamu merasa ada tergantung kamu mengada dalam kesadan tertentu ya?
odith” : yupz….. memang begitu.
astri ” : hahahhaha bisa aja kamu dith. tapi tetep aku merasa bahwa ungkapan descartes masih bener kok.
odith” : yaudah ulurkan tanganmua biar saya cubit. ……….. sakit gak?
astri ” : awwwww sakit tau dit, kenapa kamu nyubit tiba-tiba?
odith” : hehehehe odith cuma pengen ngebuktiin pernyataan descartes aja as. mungkin itu bukti yang empirik kesalahan ungkapan descartes.
mereka berdua akhirnya lupa akan tujuannya, odith lupa ke pengajian, astri lupa ke pasar. karena semuannya telah tertelan oleh obrolan, sehingga tak terasa waktupun telah meninggalkannya. ya beginilah, hidup memang penuh keabsudan. hehehe
mohon kritik dan sarannya.
tobe continue……… (isnsya allah)

artikel ini bisa dilihat juga disini

Senin, 28 Februari 2011

KENIKMATAN TIDUR


Dahulu seorang ajengan lewat di hadapan seorang pemuda yang terkenal pemurung dan suka menyendiri. Ketika si pemuda sedang asyik dalam satu lamunan, sang Ajengan bertanya, “Sedang apa Anak Muda?”
“Sedang mencari jawaban dari satu pertanyaan, Kiai,” katanya dengan hormat yang dipaksakan.
“Pertanyaan apa? Coba katakan, mungkin saya bisa memberi jawaban atau memecahkan pertanyaan kamu itu.”
“Pertanyaan ini sukar dijawab, Kiai,” kata si pemuda sambil bermaksud meninggalkan Ajengan.
Tapi sang Ajengan berkata kembali, “Tanyakan saja kepadaku. Kalau aku bisa akan aku jawab. Kalau tidak, ya sekurang-kurangnya kita bisa sama-sama mencari jawabannya.”
Si pemuda akhirnya menanyakan juga pertanyaan itu, “Baiklah. Tapi saya mohon Kiai jangan marah.”
Satu perkataan itu membuat gusar sang Ajengan.
“Pertanyaan saya adalah kapankah kita merasakan nikmatnya tidur?” Tanya si pemuda penuh keseriusan.
Sang Ajengan kaget dengan pertanyaan itu. Pikirnya, si pemuda akan bertanya tentang satu permasalahan berat seputar agama, misalnya takdir. Tapi Ajengan kita ini akhirnya menjawab, “Ya ketika kita bangun dari tidur. Setelah tidur.”
“Itu bukan nikmatnya tidur yang kita rasakan, tapi nikmatnya bangun,” kata si pemuda.
Ajengan mengerutkan dahi sebentar, dia membenarkan kata-kata si pemuda. Lalu dia memberikan jawaban lain, “Ketika kita akan tidur.”
“Tidur saja belum, masa kita bisa merasakan nikmat sesuatu yang sesuatu itu belum kita lakukan,” sanggah si pemuda yang mungkin bagi sang Ajengan kedengarannya menjengkelkan dan menghina dirinya.
“Kalau begitu ketika kita tidur,” lanjut Ajengan sedikit marah.
“Ketika kita tidur? Bukankah ketika kita tidur akal kita mati dan kita tidak sanggup merasakan apa pun sebab kita sedang tidak sadar. Bahkan ketika kita tidur, kita tidak punya rasa malu,” kembali si pemuda menyanggah jawaban Ajengan.
Muka sang Ajengan kita merah padam. Dia merasa dihina oleh si pemuda. Akhirnya dia berkata, “Kamu gila!”
Si pemuda tak mau kalah, dia berkata, “Lebih baik saya yang tahu kegilaan saya daripada Kiai yang tidak tahu kegilaan Kiai sendiri.”
Diambil dari buku Tapak Sabda, karya Fauz Noor (Pustaka Sastra LKiS Yogyakarta)

Jumat, 25 Februari 2011

Prinsip-prinsip Analisa Sosial



Pertama, analisa sosial bukan suatu bentuk pemecahan masalah, melainkan hanya diagnosis yang sangat mungkin digunakan dalam menyelesaikan suatu masalah, karena analisis sosial memberikan pengetahuan yang lengkap. Sehingga diharapkan keputusan atau tindakan yang diambil dapat merupakan pemecahan yang tepat. Hasil analisis akan menjadi petunjuk dalam menemukan pemecahan suatu masalah.

Kedua, analisis sosial tidak bersifat netral, selalu berawal dari keberpihakan terhadap suatu keyakinan. Soal ini berkaitan dengan perspektif, asumsi dasar dan sikap yang diambil dalam melakukan analisis.

Ketiga, karena seperti hal kedua diatas maka ansos bisa dipergunakan oleh siapapun (bukan monopoli kaum akademis atau intelektual), tetapi bisa digunakan oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja.

Keempat, analisis sosial memiliki kecenderungan mengubah, tendensi untuk memperoleh gambaran yang didapat dari analisis sosial bagi keperluan tindakan-tindakan mengubah, maka menjadi sangat jelas bahwa analisis sosial berposisi sebagai salahs atu dalam siklus kerja advokasi/bantuan hukum dan transformasi.

Kelima, analisa sosial yang akan dikembangkan adalah suatu proses analisa yag akan menggunakan “tindakan manusia” sebagai pusat dalam melihat suatu fenomena yang ada.

Apa Yang Dilakukan Dalam Analisa Sosial
Dalam proses ini yang dilakukan bukan sekedar mengumpulkan data, berita atau angka. Tetapi berusaha membongkar apa yang terjadi sesungguhnya bahkan menjawab mengapa terjadi sesuatu, dan menemukan pula faktor-faktor apa yang memberikan pengaruh pada kegiatan tersebut. Lebih dari itu, analisa sosial seharusnya mampu memberikan prediksi ke depan : kemungkinan apa yang terjadi.

Yang Penting Melakukan Analisa Sosial
Telaah Historis, suatu peristiwa tidak begitu saja muncul, tetapi melalui proses sejarah. Apa penyebab timbulnya masalah, kepentingan apa yang memunculkan masalah dsb.
Telaah Struktural, analisis ini sangat tajam dan mempersoalkan hal-hal yang dianggap tidak berani digangu gugat. Struktur yang akan dilihat adalah ekonomi (distribusi sumber daya), politik (bagaimana kekuasaan dijalankan), sosial (bagaimana masyarakat mengatur hubungan diluar politik dan ekonomi) dan budaya (bagaimana masyarakat mengatur nilai-nilai moral.
Telaah Kelompok Kepentingan, ini penting untuk mengetahui apa saja yang dominan dalam struktur masyarakat. Perangkat apa saja yang dipakai untuk menghegemoni masyarakat. Kelompok mana saja yang beroposisi dan bagaimana relasi dengan masyarakat, apa saja yang sudah dilakukan.
Telaah Nilai, penting untuk diketahui tentang apa yang dominan dalam masyarakat, mengapa demikian dan siapa yang paling berkepentingan dalam pengembangan nilai-nilai tersebut.
Telaah Reaksi, melihat resiko yang berkembang berarti mempersoalkan mengenai siapa atau pihak yang harus bereaksi, mengapa rekasi muncul dan bagaimana wujudnya. Telaah ini penting untuk menuntun pada paham mengenai peta kekuatn yang bekerja.
Telaah Masa Depan, tahap ini lebih merupakan usaha untuk memperkirakan atau meramalkan/memprediksikan apa yang terjadi selanjutnya, kemampuan untuk memprediksi akan dapat menjadi indikasi mengenai kualitas dari tahap-tahap sebelumnya.

PEMBANGUNAN DALAM PRESPEKTIF SOSIOLOGI



Oleh : edang sopian

Walau untu berbagai orang,kata pembangunan memilliki makna yang berbeda, namun ada satu hal yang secara luas telah disepakati, yaitu pembangunan berarti perubahan. Pembangunan seringkali digunakan dalam pengertian yang sempit, yaitu untuk industrialisasi atau modernisasi, akan tetapi dalam penngertian yang lebih besar ini berarti meningkatkan standar hidup masyarakat sebagaimana meningkatkan tingkat keluhuran manusia dalam masyarakat tertentu.
Adapun perkembangan keilmuan sosiologi pembangunan itu sendiri berkembang sejak awal 1960-an, dimana teori-teorinyapun banyak dipengaruhi oleh para ahli sosiologi seperti halnya Max Weber, Edward Shill, Durkheim dan lain sebagainya.
Pembangunan menurut Goulet (1971: x) pembanguna adalah upaya menaikan kemanusiaan yang utuh dari seluruh manusia dan masyarakat. Oleh beberapa orang pembangunan dipandang sebagai proses sosialdari modernisasi yang sangat dipengaruhi oleh rancangan manusia dan juga yang lainnya (Milton Esman, 1966: 59-112) seperti proses histories -evolusioner yang hanya sedikit dipengaruhi oleh upaya yang terarah.
Richard Gable (1976: 68) merumuskan pembangunan sebagai proses perubahan sosialyang transpormasi struktur dasar dan fungsional dilakukan dalam satu sistem sosial sehingga kebebasan berbuat dari rakyat ditingkatkan, alternatifnya diperbanyak dan kemampuannya untuk mengendalikan lingkungan fisik, sosial, dan budaya diperbesar, sementara Geiger (1962: 47) membedakan pembanguna dari pertumbuhan dan Lerner (1958) menyamakannya dengan modernisasi dan pembaratan. Ali mazru (1978: 156) memndang pembangunan sama dengan modernisasi ditambah dengan keseimbangan sosial-ekonomi minus ketergantungan dan Braibanti (1979) memandang sebagai sesuatu yang kontekstual,lintasan tindak –linier dan rangkainnya tidak pernah terhenti.
Sementara para pemikir Marxis memandang masalah pembangunan sebagai Sesutu yang sederhana saja, yaitu gerakan menuju masyarakat tanpa kelas dan tanpa negara yang dikenal dengan dictum dari setiaporang (dituntut sesuai dengan kemampuannya dan setiap orang memperoleh imbalan selaras dengan kebutuhannya.
Rumusan-rumusan tersebut menawarkan berbagai ragam definisi pembangunan yang kadangkala juga saling bertentangan. Dalam hal ini sering sekali kita menemukan berbagai model dan pendekatan yang dilakukan untuk mengartikan pembangunan itu sendiri seperti halnya yang dikemukakan oleh :
a. Pendekatan legal-administratif, yang meletakan pembangunan dalam pengertian rumusan konstitusional serta kemampuan untuk menjaga hokum serta ketertiban, efesiensi, rasionalitas, dan netralitas, Max Weber merupakan tokoh alliran ini.
b. Model sistem fungsional, seperti yang banyak dirumuskan oleh ahli teori: Talcott Parsons, Marion Levy, R.K.Merton dan A.Radcliffe-Brown,mereka menitikberatkan perhatian pada ketergantungan, kestabilitasan sosial,dan keseimbangan. Almond dan Coleman mungkon dapat dikatakan telah melahirkan karya cemerlang yang mewakili mazhab ini yaitu, “The politics of Developing Area”(1960).
c. Pendekatan ekonomi, yang masyarakat terbentuknya modal dan prasarana ekonomi yang memadai sebagai sarat terpenting untuk mencapai pembangunan politik dan demokrasi yang stabil.W. W Rostow (1960) dapat dikatakan sebagai pelopor aliran ini.
d. Model Elit dinyatakan dalam karya Edward Shill yaitu political development in the new states (1965), ia memperlihatkan bahwa tugas utama kelas pemguasa dinegara baru adalah “menutupi kesenjangan” antara inspirasi intelektual yang jumlahnya sedikit dengan massa yang jumlahnya banyak.
e. Pendekatan komunikasi direfleksikan pada karya Karl W. Deutsch “Nationallism and social communications (1953) dan Daniel Lerner (1958) dan juga Lucian W. Pye.

Dari penjelasan tentang teori dan pengertian pembangunan itu sendiri tentunya dari setiap tokoh mempunyai cara pandang yang berbeda, namun menjadikan sebuah kewajaran adanya suatu perbedaan karena hal ini bukan sesuatu yang mutlak adanya.

GENDER






A. Pendahuluan
Konsep gender merujuk pada pembahasan keperempuanan (feminisme), dan kelelakian (masculine) atau masalah jenis kelamin. Walaupun gender membahas isu kelelakian dan keperempuanan, akan tetapi pembahasannya lebih kecenderungan untuk membicarakan isu perempuan bila menyentuh isu gender. Kini telah banyak berbagai wadah yang menaungi gender untuk membincankan persoalan perempuan dan keperempuanan dari berbagai sudut.
Persoalan gender sangat luas dibicarakan, gender dibentuk oleh kelompok-kelompok pengkaji dari berbagai latar belakang sosio-budaya, agama, pendidikan dan goegrafi. Kebanyakan para penggagas gender ini dipengaruhi oleh sentimen kelompok pengkaji dan pengkritik yang seringkali melihat perempuan sebagai pihak yang didominasi dan didiskriminasi lelaki, warga kelas dua, atau insan yang dilahirkan lebih rendah dari lelaki. Oleh karena itu, lahirlah gerakan-gerakan wanita untuk membela dan menegakkan hak asasi perempuan di dunia.
Dalam beberapa keadaan, usaha memperjuangkan hak wanita merupakan perjuangan yang ulet demi mencapai keadilan dan kesamaan. Tetapi dalam banyak hal ada pihak-pihak yang memancing di air keruh untuk menyebarkan ide yang mengancam norma dan nilai keagamaan.
Sebagai penganut agama Islam, kita perlu lebih berhati-hati ketika berbicara masalah isu-isu kewanitaan supaya ia tidak bertentangan dengan syariat Islam, satu-satunya agama yang telah memberikan kebebasan kepada wanita, harga diri, serta kesamaan hak berdasarkan fitrah manusia, adalah Islam, oleh karenanya kita selaku umat Islam harus dapat memaknai arti dari sebuah kebebasan, bukan berarti melakukan kebebasan itu tanpa sebuah tanggung jawab, walau bagaimana pun juga kita hidup mempunyai aturan. Kebebasan yang disuarakan mestinya kebebasan yang tidak bertentangan dengan aturan dan norma yang ada.

B. Pengertian
Kata Gender berasala dari bahasa Inggris yang artinya "jenis Kelamin" (John. M. Echols) dan dalam Webster's New World Dictionary gender diartikan juga sebagai perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku. Sedangkan dalam Women's Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep cultural yang berupaya membuat perbedaan.

HT. Wilson dalam Sex and Gender
"Gender is a basis for defining the different contributions that man and women make to culture and collective life by dint of which they are as man and women" yang artinya bahwa gander sebagai suatu dasar untuk menentukan perbedaan sumbangan laki-laki dan perempuan pada kebudayaan dan kehidupan kolektif yang sebagai akibatnya mereka menjadikan laki-laki dan perempuan. (Nasarudin Umar, 2001: 34). Elanie Showalter mengartikan gender lebih dari sekedar perbedaan antara laki-laki dan perempuan, namun dilihat dari kontruksi sosial-budaya ia lebih menekankan sebagai konsep analisis (analytic concept) yang dapat menjelaskan sesuatu.
Menski pun kata gender belum masuk dalam pembendaharaan Kamus bahasa Indonesia, istilah ini sudah lazim digunakan khususnya di kantor menteri Negara Urusan Peranan Wanita dengan ejaan "jender" yang diartikan sebagai "intrepretasi mental dalam kultur terhadap perbedaan kelamin yakni laki-laki dan perempuan". (Nasadurin Umar, 2001: 34)
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa jender merupakan suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan antara laki-laki dan perempuan baik dilihat dari jenis kelamin maupun dari sosial-budaya.



C. Sejarah Lahirnya Gerakan Feminisme
Feminisme sebagai filsafat dan gerakan, keberadaannya dapat dilacak dalam sejarah. Kelahiran gerakan feminis ini berbarengan dengan kelahiran era pencerahan di Eropa yang dipelopori oleh Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis de Condorcet. Perkumpulan masyarakat ilmiah untuk perempuan pertama kalinya didirikan di Middelburg, sebuah kota di selatan Belanda pada tahun 1785, menjelang abad ke 19 feminisme lahir menjadi gerakan yang cukup mendapatkan perhatiaan dari para perempuan kulit putuh di Eropa. Perempuan di Negara-negara penjajah Eropa memperjuangkan apa yang mereka sebut sebagai universal sisterhood.
Kata feminisme direaksikan pertama kali oleh aktivis sosialis utopis, Charles Fourier pada tahun 1837. pergerakan center Eropa ini berpindah ke Amerika dan berkembang pesat sejak publikasi John Stuart Mill, the Subjection of Women (1869). Perjuangan mereka menandai kelahiran feminisme gelombang pertama.
Pada awal gerakan ini memang diperlukan pada masa itu, dimana ada pemasungan terhadap kebebasan perempuan. Sejarah dunia menunjukan bahwa secara umum kaum perempuan (feminisme) merasa dirugikan dalam semua bidang, dan dinomor duakan oleh kaum laki-laki (masculine) terutama dalam bidang sosial, pekerjaan, pendidikan, dan lebih-lebih dalam bidang politik. Hak-hak kaum ini memang lebih inferior ketimbang dengan apa yang dinikmati oleh laki-laki, apalagi masyarakat tradisional yang berorientasi agraris cenderung menempatkan kaum laki-laki di depan dimana kum laki-lakilah yang ada di luar rumah dan kaum perempuan cukup di rumah saja. Situasi ini mulai mengalami perubahan ketika datangnya era Liberalisme di Eropa dan terjadinya Revolusi Prancis di abad ke XVIII yang gemanya kemudian melanda Amerika Serikat dan keseluruh dunia.
Suasanya demikian diperparah dengan adanya fundamentalisme agama yang cenderung melakukan operasi terhadap kaum perempuan. Dilingkungan agama Kristen pun ada praktek-praktek dan khotbah-khotbah yang menunjang situasi demikian, ini terlihat dalam pakta bahwa banyak gereja menolak adanya pendeta perempuan bahkan tua-tua jemaat pun hanya dapat djabat oleh kali-laki saja. Banyak hotbah-hotbah yang menempatkan perempuan sebagai mahluk yang harus 'tunduk pada suami'.
Dari latar belakang demikian di Eropa berkembang gerakan untuk menaikan derajat kaum perempuan tetapi gaungnya kurang keras, baru setelah di Amerika Serikat terjadi revolusi sosial dan politik. Perhatian terhadap hak-hak kaum perempuan mulai mencuat di tahun 1792. pada tahun 1830 – 1840 sejalan terhadap pemberantasan terhadap praktek perbudakan, hak-hak kaum perempuan mulai diperhatikan, jam kerja dan gaji kaum ini mulai diperbaiki, dan mereka diberi kesempatan untuk ikut pendidikan dan diberi hak pilih. Sesuatu yang selama ini hanya dinikmati oleh kaum laki-laki.
Setelah berakhirnya perang dunia kedua, ditandai dengan lahirnya negara-negara baru yang terbebas dari penjajah Eropa, lahirlah feminisme gelombang kedua tahun 1960. dengan puncak diikutsertakannya perempuan dalam hak suara parlemen. Pada tahun ini merupakan awal bagi perempuan mendapatkan hak pilih dan selanjutnya ikut mendiami ranah politik kenegaraan.
Dalam gelombang kedua ini dipelopori oleh para feminis Prancis seperti Helene Cixous (seorang Yahudi kelahiran Algeria yang kemudian menetap di Prancis) dan Julia Kristeva (seorang Bulgaria yang kemudian menetap di Prancis). Bersamaan dengan kelahiran dekonstruksionis.
Secara umum pada gelombang pertana dan kedua hal-hal berikut ini yang menjadi momentum perjuangannya para kaum feminis yaitu: hak-hak perempuan, hak reproduksi, hak politik, peran gender, identitas gender, dan seksualitas .

C. Aliran – Aliran Feminisme
1. Feminis Liberal
Selama tahun 1980-an banyak kepemimpinan gerakan disuap dengan kedudukan-kedudukan dalam birokrasi ke pemerintahan dan akademisi untuk menempati sudut-sudut feminis. Reformasi feminis yang dipaksakan dari sistem oleh gerakan untuk mengerahkan masa, dimana geakan yang dipakai adalah partai-partai besar.
Lalu apa yang disebut dengan feminis liberar. Feminis liberal ialah pandangan untuk menempatkan perempuan yang memilki kebebasab secara penuh dan individual. Aliran ini menyatakan bahwa kebebasan dan kesamaan berakar pada rasionalitas dan pemisahan antara dunia private dan publik.
Tokoh aliran ini adalah Naomi Wolf, sebagai "feminisme kekuatan" yang meruapakan solusi. Kini perempuan telah mempunyai kekuatan dari segi pendidikan dan pendapatan dan perempuan harus terus menuntut persamaannya hak serta saat ini perempuan bebas berkehendak tanpa tergantung pada lelaki.
Feminis liberal mengusung untuk menyadarkan wanita bahwa mereka adalah golongan tertindas, pekerjaan yang dilakukan wanita di sektor domestic dikampanyekan sebagai hal yang tidak produktif dan menempatkan wanita pada posisi sub-ordinat. Akar teori ini bertumpu pada kebebasan dan rasionalitas kemampuannya sama dengan lelaki, sehingga harus diberi hak yang sama juga dengan laki-laki. Permasalahannya terletak pada produk kebijakan Negara yang bias gender. Oleh karena itu pada abad ke 18 muncul tuntutan agar perempuan mendapatkan pendidikan yang sama, di abad ke 19 banyak juga yang memperjuangkan kesamaan hak sipil dan ekonomi bagi perempuan dan pada abad 20 organisasi-organisasi perempuan mulai dibentuk untuk menentang diskriminasi seksual di bidang politik, sosial, ekonomi maupun personal .

2. Feminis Radikal
Tren ini muncul sejak pertengahan tahun 1970-an dimana aliran ini menawarkan idiologi "perjuangan sparatisme perempuan". Sejak aliran ini muncul atas kultur seksisme atau dominasi sosial, berdasarkan jenis kelamin di Barat pada tahun 1960-an, hal yang paling utama yaitu untuk melawan kekerasan seksual dan industri fornografi.
Aliran ini bertumpu pada pandangan bahwa penindasan terhadap perempuan terjadi akibat sistem patriarki. Tubuh perempuan merupakan objek utama penindasan oleh kekuasaan lelaki, oleh karena itu feminis radikal mempermasalahkan antara lain tubuh serta hak-hak reproduksi. Seksualitas termasuk "lesbianisme", seksisme, relasi kekuasaan antara laki-laki dan perempuan, dan dikotomi private publik "The personal is politic" menjadi gagasan terbaru yang mampu menjangkau permasalahan perempuan sampai ranah private. Karena pengalaman membongkar persoalan-persoalan private inilah Indonesia saat ini memiliki Undang-Undang RI no. 23 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga .

3. Feminis Post Modern
Post modern adalah teori yang dihasilkan dari kemundurun dan demorisasi, pembebasan gerakan perempuan pada tahun 1970-an dan kemunduran yang luas dari gerakan kiri di seluruh dunia, setelah runtuhnya komunisme di Eropa Timur uni Sovietide
Posmo- menurut anggapan mereka – adalah ide yang anti absolute dan anti otoritas, gagalnya modernitas dan pemilihan secara berbeda-beda tiap fenomena sosial karena penentangannya terhadap keragaman ilmiah dan sejarah. Mereka berpendapat bahwa gender tidak bermakna identitas atau struktur sosial.

4. Feminis Anarkis
Feminis anarkis lebih bersifat sebagai paham politik yang mencita-citakan masyarakat sosial dan menganggap negara dan laki-laki adalah sumber permasalahan yang segera mungkin harus dihancurkan.

5. Feminis Sosialis
Suatu paham yang berpendapat "Tak ada sosialisme tanpa pembebasan perempuan, tak ada pembebasan perempuan tanpa sosialisasi". Feminis sosial berjuang untuk menghapus sistem pemilikan. Lembaga perkawinan yang melegalisir pemilika pria atas harta dan pemilikan suami atas istri dihapuskan seperti ide Marx yang mendinginkan suatu masyarakat tanpa kelas, tanpa pembedaan gender.
Feminis sosial muncul sebagai kritik terhadap feminis marxis. Aliran ini mengatakan bahwa patriarki sudah muncul sebelum kapitalisme dan tetap tidak akan berubah jika kapitalisme runtuh. Kritik kapitalisme harus disertai dengan kritik dominasi atas perempuan. Ia sepaham dengan feminis marxis bahwa kapitalis merupakan sumber penindasan tehadap perempuan. Akan tetapi feminis sosial ini setuju terhadap feminis radikal yang menganggap patriarkilah yang merupakan sumber penindasan.

6. Feminis Postkolonial
Dasar pandangan ini berasal dari penolakan universalitas pengalaman perempuan. Pengalaman perempuan yang hidup di Negara dunia ketiga berbeda dengan perempuan berlatarbelakngkan dunia pertama. Perempuan dunia ketiga menanggung beban penindasan lebih berat karena selain mengalami penindasan berbasis gender mereka juga mengalami penindasan antar bangsa, suku, ras, dan agama. Dimensi kolonisme menjadi fokus utama feminisme foskolonia yang pada intinya menggugat penjajahan, baik fisik, pengetahuan, nilai-nilai, cara pandang, maupun mentalitas masyarakat.

D. Gender dalam Persektif Islam
Diskursus gender dalam agenda feminis kontempoler banyak mempokuskan pada permasalahan hak, partisipasi perempuan dalam pekerjaan, pendidikan, kebebasan seksual, maupun hak reproduksi. Dari kubu pro dan konta feminisme, dari kritikan dan kecaman yang terlontar, Islam dianataranya yang paling banyak mendapatkan banyak sorotan dalam kaitannya terhadap status dan aturan yang diberikan agama ini terhadap kaum perempuan. Hegemoni Islam terhadap perempuan muslim di negeri Islam terlihat jelas dalam kehidupan sehari-harinya, dimana kaum perempuan mendapatkan kesulitan dalam bergaul, mengekspresikan kebebasan individunya, terkungkung oleh aturan yang sangat membatasi ruang kerja atau dinamisnya, bahkan suaranyapun tidak berarti layaknya seorang warga Negara atau anggota masyarakat atau hak seorang individu.
Fenomena ini terlihat jelas di negar-negara ketiga (baca: berkembang) yang notabennya adalah Negara Islam, namun benarkah demikian? Atau justru Islam yang menginspirasi munculnya gerakan feminisme masa lalu dan menyerukan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan yang hidup dalam keadaan kronis pada masa itu?
Mendiskusikan kaitannya feminisme dan Islam tidak akan terlepas dari kehadiran al-Qur'an sebagai petunjuk bagi kita yang secara komprehensif dan lugas memaparkan hak asasi perempuan dan laki-laki yang sama, hal itu meliputu hak dalam beribadah, kerajinan, pendidikan, potensi spiritual, hak sebagai manusia, dan eksistensi menyeluruh pada hampir semua sektor kehidupan.
Dianatara 114 surat yang ada dalam al-Qur'an didalamnya ada satu surat yang dideklarasikan untuk perempuan secara khusus memuat dengan lengkap hak asasi perempuan dan atauran-aturan yang mengatur bagaimana perempuan seharusnya berlaku di dalam lembaga pernikahan , keluarga dan sektor kehidupan. Surat ini dikenal dengan surat an-nisa, dan tidak ada surat dalam al-Qur'an yang menunjukan secara khusus untuk laki-laki, sudah sangat jelas bagi kita bahwasanya Allah sangat memuliakan hak-hak seorang perempuan. Terlebih Islam datang sebagai revolusi yang mengeleminasi deskriminasi kaum jahiliyah atas perempuan dengan pemberian hak waris , menegaskan status dan hak dengan laki-laki, pelarangan nikah tanpa jaminan hukum bagi perempuan dan mengelurkan aturan pernikahan yang mengangkat derajat perempuan masa itu dan penceraian pada masa itu.
Sebelum Islam datang hak wanita sangat diinjak-injak, wanita merupakan sesuatu yang hina, kenapa tidak demikian bisa kita bayangakan ketika Islam belum datang seorang wanita kehilangan kemerdekaannya, diskriminasi hukum kriminal, kebebasan mengubur bayi perempuan hidup-hidup, kawin paksa, wanita sebagai barang warisan, wanita dapat ditalak 100 kali, wanita dianggap binatang najis, istri yang sedang haid diusir, kaum wanita hilang untuk menerima hak waris , malah disebagian sejarah lagi dikatakan bahwa wanita bisa dipergauli oleh banyak laki-laki dan untuk menentukan siapa ayah dari anak yang dikandungnya maka dilakukan undian atau dipilih dari para lelaki itu mana yang lebih bagus dari segi fisik. Sungguh hinanya wanita pada masa itu bisa dibayangkan haknya yang diinjak-injak, namun setelahnya Islam datang maka wanitapun mendapatkan segala haknya dan juga perlindungan hukum.
Maka bergantilah era represif masa pra -Islam berlalu dengan kedatangan agama Islam dan Nabi Muhammad saw, yang mengembalikan perempuan sebagai perempuan utuh setelah mengalami hidup dalam kondisi yang mengenaskan tanpa kredibilitas apapun dan hanya sebagai komoditif tanpa nilai. Penghargaan Islam atas eksistensi perempuan ditauladani dalam sisi-sisi kehidupan Nabi Muhammad saw, terhadap istri-istri beliau, anak maupun hubungan beliau dengan masyarakat.
Kondisi perempuan masa risalah tercermin dalam kajian-kajian yang dipimpin langsung Rasulullah yang melibatkan para sahabat dan perempuan dalam satu majelis, dan terlihat jelas pada masa itu perempuan sangat diberikan keleluasaannya untuk menuntut ilmu, mengkritik, bersuara dan berpendapt. Terlihat jelas dalam panggung bisnis , politik ,meskipun dalam hal ini adanya kontropersi boleh tidaknya wanita berpolitik sebagaimana dikatakan oleh Muhammad Arafa dalam bukunya Hak-Hak Wanita Dalam Islam, ia bukan saja mempertahankan bahwa wanita tidak memiliki hak-hak politik tetapi juga menegaskan bahwa ia tidak pernah ada dalam sejarah politik, ia mengatakan bahwa sejak permulaan Islam kaum wanita tidak memainkan peranannya dalam masalah-masalah umum disamping semua hak-hak yang telah diberikan oleh Islam diberikan kepada kaum perempuan yang sering kali sama dengan hak-hak yang diberikan kepada kaum laki-laki, ketika para sahabat Rasulullah saw bermusyawarah dianatara mereka sendiri setelah kematian beliau untuk menggantikan Rasulullah saw, maka disini para sahabiah tidak dilibatkan. Ia pun berpendat tentang Aisyah yang kita tahu bahwasanya pada masa itu ia meminta dilakukan pencarian terhadap siapa yang membunuh Ustman ra, maka ia mengatakan bahwasanya kisah Aisyah ini sangatlah memalukan dan dipandanga bid'ah. Terlepas dari hal itu semua bahwasanya sejarahpun menuliskan kalau kaum wanita juga terlibat dalam panggung politik (Fatima Mernisi, Menengok Kontropersi Peranan Wanita dalam Politik, ter. M. MansyurAbadi, Dunia Islam, Surabaya, 1997, hal. 5-12)
Wanita juga mendapatkan kesamaan haka dalam bidang pendidikan , keagamaan dan sosial, dan ikut serta dalam peperangan dengan sektor yang mereka mampu untuk melakukannya .
Dimana kita tahu bahwasanya Khadijah merupakan pembisnis yang kaya raya, Aisyah ra, seorang periwayat hadits dengan segala kecerdasannya dan juga banyak memberikan fatwa-fatwa, bahkan hawa feminispun telah terdengar dari suara-suara protes dan pertanyaan yang diajukan Ummu salamah ra. atas eksistensi perempuan.
Dari sini terlihat bahwasanya Islam telah mengubur masa penetrasi kaum laki-laki dan mengganti dengan masa yang lebih segar bagi perjalanan hidup perempuan selanjutnya, meskipun demikian tidak membebaskan Islam dari streotip Barat tentang perlakuaan institusi ini terhadap perempuan.


E. Analisis Terhadap Gender Barat dan Islam
Melihat perjuangan gender yang diusung kaum feminis Barat sangatlah jauh bila dibandingkan dengan penghargaan yang diberikan Allah SWT kepada umatnya, sebenarnya tidak ada lagi yang perlu dipermasalahkan dalam hal ini, namun meskipun demikian, tetap saja kaum feminis Barat masih memandang Islam dengan sebelah mata. Tapi umat Islam tidak bisa menutup mata bahwa kenyataan yang ada akan melahirkan sterotip-stereotip negatif, karena nonsen bila keagungan aturan tidak dibarengi dengan implementasi yang rill dari para penganutnya, dan bila yang terjadi adalah kesalahan dalam membaca bahasa agama dengan mengintrepretasikan suatu aturan secara subjektif, menghilangkan pesan yang dibawa dan justru menyembunyikan keontentikan pesan dengan manipulasi ajaran dengan diganti kultur-kultur yang merugikan kaum perempuan maka umat Islam pun perlu mengorientasikan langkah-langkah tanpa mengedepankan sikap raksionis untuk menghalau presfektif Barat terhadap umat Islam.
Namun justru mereintrepretasikan dan mengakui dengan terbuka bahwa umat Islam belum mampu membaca pesan agama dan mempunyai komitmen yang utuh terhadap ajarannya, yang terbukti dengan memperadukan kultur hegemoni atas perempuan telah dipaparkan di atas bagaimana sejarah Islam dan aturan yang dibawa ingin memberikan hak dan kemerdekaan perempuan, mendorong perempuan untuk maju, berkarya dan mendapatkan perlindungan. Tentu hal ini tidak berbeda dengan deklarasi dan tuntutan yang diajukan oleh kaum feminis atau pejuang hak asasi perempuan diberbagai belahan manpun dan samapai masa kapanpun jika bentuk tuntutan itu adalah persamaan hak yang mengedepankan pengertian dan kesadaran bahwa perempuan dan laki-laki adalah sama hak dan kewajibannya, yang membedakan keduanya yaitu pada hak seksis, biologis, dan reproduktif.
Bila demikian tinggal bagaimana umat Islam benar-benar ingin tampil elegan dan menepis stereotif yang ada dengan sikap proaktif atau tidak? Lalu mengapa para muslimah enmggan maju? Masih adakah kungkungan psikologis dan kultur yang menghalangi? Bukankah Islam telah menancapkan kakinya sebagai suporter terbesar dalam backing gerakan feminisme dari era risalah hingga masa kini. Solusinya tentunya kita perlu upaya dan karya riil terhadap permasalahan ini.

F. Isu-Isu Gender Hari Ini
Isu-isu yang uptudet disuarakan oleh kaum feminis yaitu:
a. Poligami
Poligami yang dilakukan oleh Aa. Gym mendapat kecaman keras dari kaum feminis, dan presiden pun sibuk meninjau ulang lagi tentang Undang-Undang yang mengatur Poligami…
Kehadiran ayat poligami dalam surat an-Nisa merupakan ancaman yang besar bagi kaum wanita yang tidak dapat mengimani ayat itu, padahal kita tahu bagaiman wanita sebelum Islam datang bahwasanya bukan empat lagi mereka boleh memikili wanita lebih dari 100 orang, namun Allah SWT menurunkan surat An-nisa ayat 3-4 untuk membatasinya.

b. Imam Perempuan
Lebih 100 jama’ah pria dan wanita bershalat Jum’at tanpa ada tirai yang memisahkan mereka sebagaimana amalan biasa. Separuh jama’ah pria bahkan beberapa kali dilihat gelisah dan keliru dengan tindakan mereka. Peristiwa itu nampaknya sudah didesain karena banyaknya liputan luas dari wartawan, juru foto media cetak serta televisi.
Sebelum pelaksanaan shalat, Wakil Direktur Pusat Kebudayaan Islam di New York, Muhamamd Syamsi Ali, sudah langsung menentangnya. Kepada harian Asyarqul Awsath, koran Arab Saudi yang terbit di London edisi Jumat lalu, ia menyatakan penolakan itu. "Tak jadi masalah jika Wadud hanya menjadi imam bagi jemaah wanita saja. Sebab, ini merupakan anugerah dan ketentuan Allah. Tapi, jika dia juga menjadi imam bagi jama'ah laki-laki, ini tak dibenarkan dalam islam (ghayru masmuh) dan tidak sesuai dengan ajaran islam," katanya.
Sabtu lalu, seorang ulama terkemuka dunia di Al-Azhar di Kaherah, Mesir mengatakan, Islam hanya membenarkan wanita menjadi imam kepada golongan yang serupa dengan mereka tetapi tidak kepada orang lelaki
G. Kesimpulan
Pada dasarnya wanita diciptakan secara fitrah dengan segala keistimewaannya dari segi perasaan dan laki-laki keistimewaannya dari segi rasional yang sangat menonjol, keduanya akan sangat positif bila dipadukan dan didudukan pada porsi masing-masing secara benar, demikian sunatullah telah menetapkan bagi mahluk-Nya, sehingga dapat dikatakan bahwa peran wanita dalam kehidupan ini tidak kalah pentingnya dari peran laki-laki dan kaum wanita mempunyai peran yang sangat penting yang kedudukannya tidak bisa diperankan oleh yang lain.
Dalam hadits dikatakan bahwa dunia ini seluruhnya adalah kesenangan dan sebaik-baik kesenangan adalah wanita yang sholehah, akan tetapi kesenangan disini jangan sampai disalahartikan bahwa wanita merupakan komoditi untuk kesenangan laki-laki, akan tetapi seorang wanita shalihahlah yang menjadikan sebuah kesenangan.
Banyak pahalawan dan ilmuan besar yang lahir dari tangan seorang wanita. Tidak sedikit wanita yang mampu mengubah dunia dan menjadi teladan dalam kebaikan, jadi tidak ada alasan bagi wanita untuk merasa tidak lebih mulia. Allah telah memulikan wanita dengan datangnya Islam dan juga Allah menjadikan hal yang spesial sebagaimana Allah telah memberikan nama dalam al-Qur'an dengan surat An-nisa.
Buah dari kebijakan Islam terhadap wanita dapat terlihat pada potret-potret para sohabiah, istri Rasulullah dan wanita-wanita hebat lainnya. Mereka adalah wanita-wanita agung yang berhasil melepaskan berbagai pembatas yang membelenggu dirinya, baik pembatas pada dirinya sendiri maupun dari lingkungan sekitar. Terlihat jelas bahwa wanita dapat menajadi panutan agung, tidak hanya terbatas pada urusan dapur, mengurus suami, dan mengurus anak.
Wanita adalah permata yang menjadi sasaran misi besar, Islam ada dan selalu membela wanita, karena posisinya yang penting dan banyak pahlawan tumbuh berkembang dalam buaiannya, orang-orang soleh pun banyak memperoleh pengalaman dan pelajaran dari keteladan seorang wanita.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur'an Nurkarim

A. Nunuk Prasetyo Munirti, "Sejarah Gende", Artikel, 2007, <http:// www.hidayatullah.com>

Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita, terj. As'sd Yasin, Gema Insani Press, Jakarta, 1998

Abdul Mun'im Muhammad, Khadijah The Tru Love Story of Muhammad, terj. Ghozi. M, Pena, Jakarta, 2006

Ahmad Masruch Nasucha, Kaum Wanita Dalam Pembelaan Islam, CV. Toha Putra, Semarang, 1983

’Aidh bin Abdullah al-Qarni, Jadilah Wanita Yang Paling Bahagia, ter. Bahrul Abubakar Ihsan Zubaidi, Irsyad Baitu Salam, Bandung, 2004

Asma' Muhammad Ziyadah, Peran Politik Wanita Dalam Sejarah Islam, terj. Kathur Suhardi, Pustaka Kautsar, Jakarta, 2001

Fatima Mernisi, Menengok Kontroversi Peranan Wanita Dalam Politik, terj. M. Masyhur Abadi, Dunia Ilmu, Surabaya, 1997

Henri Salahudin, "Poligami dan Gender", Artikel, dimuat 4 Januari 200 <http:// www.hidayatullah.com>

Kamla Bhasin dan Nighat Said Khan, Feminis dan Relevansinya, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1994

Kuni Khairunisa, "Prespektif Gender dalam Islam (1)", 2001<http:// www.hidayatullah.com>

Muhammad Ali al-Allawi, The Great Women, terj. El-Hadi Muhammad, Pena, Jakarta, 2006

Nassarudin Umar, Argumen Kesetaraan Jender (Prespektif al-Qur’an), Paramadina, Jakarta, 2001

John M Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, PT Gramedia, Jakarta, 1997

PATWA SANGPENCERAH DALAM KEDUSTAAN


PATWA SANGPENCERAH DALAM KEDUSTAAN
TUHAN YANG MENCARI TUHANNYA
(Bagian Ke-1)

Cari tau apa yang kamu sudah tau dan cari tau apa yang kamu belum tau…….????

Tuhan tidak akan menanyakan apa yang di buat, tapi Tuhan akan menanyakan apa yang telah kita perbuat……………………!!!!!!!!!!!!!

Segera setelah engkau merasa bertentangan dengan ku engkau berhenti memahami posisi ku dan, oleh sebab itu, argumen-argumenku !!! engkau harus jadi korban dari gairah yang sama !!!

Aku hendak bangunkan ketidakpercayaan terbesar dariku ; aku biarkan hanya tentang apa-apa yang telah aku alami, dan tak kutawarkan hanya yang kupikirkan.

Telah senan tiayasa kutuliskan tulisan-tulisanku dengan segenap hati dan jiwaku ; aku tak tau apa yang disebut persoalan intlektual murni itu.

Kalian kenali hal-hal ini sebagai buah pikiran, namun buah pikiran kalian bukan pengalaman kalian, mereka gaung dan akibat sampingan dari pengalaman kalian; seperti kamar kalian bergetar ketika sebuah kereta lewat. Namun aku duduk dalam kereta itu, lagipula sering akulah kereta itu.

Sering kali orang diasuh oleh kesalahan-kesalahannya; mula-mula iya tak pernah melihat dirinya kecuali secara tak sempurna; kedu, iya kenakan bagi dirinya kualitas-kualitas imajiner, ketiga, iya hayati dirinya berdasarkan urutan tingkat palsu bersama binatang dan alam; keempat, iya terus menerus menciptakan tabel-tabel baru tentang nilai-nilai dan untuk sementar waktu menganggap masing-masing kualitas itu abadi dan tak bersarat, sehingga kini hal ini, karena dorongan dan setatus manusia itu mendapat tempat pertama, lantas, sebagai konsekuensi penilaian ini, ia juga telah membuang kemanusiaan, kemanusiawian danmaratabat manusia.

Adakah kebenaran …. bagaimana dapat dietemukan atau adakah umat manusia tidak diharuskan membuat kesalahan……..?????

Kita telah menata sebuah dunia bagi dirikita yang didalamnya kita mampu berdiam dengan keyakinan menyangkut tubuh, garis, permukaan, sebab dan akibat, gerak dan istirah, bentuk dan isi, tanpa poko-poko keyakinan ini tak seorangpun kini bisa bertahan hidup.. !!! tapi itu belum berarti bahwa hal-hal itu sudah terbukti dan dipertunjukan. Kehidupan bukan argumen; salasatu kondisi kehidupan boleh jadi adalah kesalahan.

Pada akhirnya apakah kebenaran-kebenaran umat manusia ???? kebenaran-kebenaran itu kesalahan-kesalahan umat manusia yang tak terbantahkan.

Mari kita waspdai pemikiran tenteng dunia sebagai mahluk hidup. Kemanakah iya meluaskan dirinya sendiri….??? Dengan apa iya selayaknya memberi makan dirinya…….??? Bgai mana iya bisa tumbuh dan berkembang biak…..??? kita tentu tau serba sedikit apa adanya yang organik itu dan seharusnyakah kita lihat fenomena yang sangat tururnan, sebaring langkah, belakang yang hanya kita lihat di muka bumi, untuk kita tafsirkan menjadi yang hakiki, universal, abadi, sebagai mana dilakukan mereka yang menyebut organisme….??? Saya rasa itu menjijikan. Marilah kita waspadai kepercayan bahwa semesta itu satu mesin, iya tentu tidak dibangun sedemikian rupa untuk menjalankan oprasi tertentu, kita terlampau melebih-lebihka memujinya dengan perkatan mesin. Mari kita waspadai para anggapan bahwa sesuatu yang demikian teratur seperti gerak lingkar dari tetanga-tetangga pelanet kita adalah kejadian umum yang universal, bahkan sekilas pandang kebima sakti membangkitkan kesaksian tidakkah disana hadir gerak gerik yang lebih kasar dan saling bertentangan, umpamanya bintang-bintang yang selamanya mengambil jalur lurus, dan lain-lain. Tata bintang tempat kita adalah kecualian, tata ini serta kepermanenan yagn menjadi perasarat keberdayaannya pada gilirannya dimungkinkan oleh kekecualian dari kekecualian, yakni formasi benda orgaik. Tabiat lengkap dari dunia tersebut, disisi lain adalah segala kekecualian abadi, bukan karena tak perlu melainkan dalam tata itu takcukup ada setruktur, bentuk, keindahan, kearifan, dan apapun rancangan estetik manusia yang mungkin kita miliki. Dinialai dari sudut pandang penalaran kita, kasus-kasus yang tidak berhasil jauh lebih merupakan acuan, kekecualian bukan tujuan rahasia, sedangkan keseluruhan perkakas aneh ini mengulang-ulang temannya yang takbisa disebut melodi, lagi dan lagi untuk selamanya dan bahkan istilah kasus yang tak berhasail sudah mengandung pemanusian yang perlu dicela. Tapi bagai mana mungkin kita mencela atau memuji alam semesta !!! janganlah kita mencapnya tak berhati dan tanpa nalar, atau kebalikannya. Ia bukan sempurna bukan pula indah atau mulia, dan tak menghasratkan hal-hal semacam ini, ia tak hendak menjadi imitasi umat manusia. Ia kebal terhadap penilaian-penilean estetik dan moral kita. Demikian pula ia tak memiliki naluri untuk melestarikan diri atau naluri apapun, tak pula ia tau hukum mana pun. Marilah kita waspadai  perkatan akan adanya hukum-hukum di alam semesta. Yang ada hanya kebutuhan, tak ada sesuatupun yang menyuruh, tak ada yang harus dipatuhi, tak ada yang di langgar…… marilah kita waspadai perkatan bahwa kematian adalah lawan dari kehidupan.
                Aku menyambut segala isarat datangnya zaman yang lebih jantan, mirip pepereangan, yang diatas semua, akan membawa kembali penghargaan akan kehormatan !!! karena ia harus mempersiapkan jalan bagi datangnya satu jaman yang lebih mulia, dan menyusun kekuatan yang suatu hari kelak akan dibutuhkan oleh jaman itu, zaman yang akan memasukan kepahlawanan kedalam pengetahuan dan bertempur demi mempertahankan gagasan-gagasan dan konsekuensinya. Untuk tujuan itu, dibutuhkan banyak pelopor bernyali……… orang-orang yang tahu cara membisu, menyendiri, dan bersikap tegas…… orang-orang dengan kecenderungan bahwa suka mencari apa-apa yang harus ditaklukan dalam segala sesuatu, orang-orang kepada siapa keriangan, kesabaran, kesederhanaan dan pandangan remeh terhadap kesombongan sibesar melekat pada dirinya, seperti juga sipat murahati dalam kemenangan dan memanjakan ke-ngelanturan mereka yang kalah.orang-orang yang memiliki perayan mereka sendiri, hari keraj mereka sendiri, hari berduka mereka sendiri, terbiasa dan yakin dalam memegang kendali dan sama-sama siap mematuhi jika perlu, sama-sama bangga pada satu soal seperti pada yang lainya, yang sama-sama melaksanakan tujuan mereka sendirir. Orang-orang yang lebih menantang bahaya, orang-orang yang lebih subur, orang-orang yang lebih gembira !!! sebab, percayalah padaku rahasia mewujudkan kesuburan dan menikmati kehidupan sebesar-besarnya adalah hidup dengan berbahaya. Hiduplah dalam pertentangan dengan orang  yang setara denganmu dan dengan dirimu sendiri !!!! jadilah perompak dan penjarah selama engkau tak bisa menjadi penguasa dan pemilik, hai orang-orang yang berpengetahuan……..???
Engkau tak lagi akan pernah berdo’a, tak lagi akan pernah memeberi persembahan, tak pernah lagi tunduk dengan keyakinan tanpa batas, engkau menjaga dirimu agar tidak terhenti dihadapan kearifan tertinggi, kebaikan tertinggi, kuasa tertinggi, dengan demikian itu melepas kekangan pemikiranmu, engkau tak memiliki malaikat penjaga abadi dan teman untuk tujuh macam sendiriran yang kau hadapi….. tak adalagi pemberi ganjaran dan pembalas budi bagimu, tak ada penebus akhir tak lagi ada alasan atas apa yang terjadi, tak lagi ada kasi dalam apa yang terjadi pada mu tak ada lagi tempat istirah yang terbuka bagi hati mu dimana ia hanya harus mendapati dan tidak lagi mencari, engkau menolak macam kedamaian tertinggi apa pun, engkau hendak perulangan abdi perang dan damai, manusia yang membuang diri akankah engkau akan membuang semua ini ???? siapa akan memberimu kekuatan untuk hal itu ???? tak seorang pun memiliki kekuatan ini…… ada sebuah danau yang satu hair menjaga dirinya agar tidak mengalir dan membuat tinggi benungan di tempat ia tadinya mengalir. Sejak itu danau itu telah pasang makin tinggi dan tinggi. Agak nya justru penolakan terhadap diri ini yang memberi kita kekuatan yang membantu kita mempertahankan penolakan ini, agaknya orang akan makin meninggi da terus meninggi  sejak saat ia taklagi mengalir menuju kesuatu Tuhan…………….

Apa jadinya jka iblis merayap mengejarmu suatu hari atau malam dalam kesendirianmu yang terdalam dan berkata padamu ; hidup yang telah dan kau jalani ini, harus kau jalani lagi dan lagi, berkali-kali tanpa hitungan, maka tak ada lagi yang baru did dalamnya, tapi setiap derita dan setiap keriangan dan setiap pemikiran dan kesah dan seluruh kekerdilan dan kebesaran yang tak terberi dalam hidupmu akan dikembalikan padamu, dan semuanya dengan rangkaian dan urutan yang sama, dengan cara yang sama dan dengan laba-laba dan sinar rembulan ditengah pepohonan, dan dengan cara yang sama dengan saat ini dan aku sendiri. Jam pasir kehidupan yang abadi akan dibolak balik lagi dan lagi engkau berada di dalamnya, engkau debu segala debu !!! tak akankah engkau lemparkan dirimu,  gertakan gigimu dan mengutuk si iblis yang bicara demkian ???? atau sudahkah kualami sat-sat menakjubkan hingga engkau akan menjawab ; “engkau tuhan dan tak pernah kudengar sesuatu yang lebih agung’’ jika pemikiran ini menguasai dirimu, iblis akan seperti engkau sekarang mengubah dan barang kali meremukmu; seluruh pertanyan : “apakah engkau menghendakinya lagi dan lagi, berkali-kali tanpa hitungan ??? akan menjadi beban terberat untuk semua tindakkanmu. Atau bersediakah terbuka pada dirimu sendiri dan pada kehidupan kelak, dan tak menghendaki lebih dari hukuman dan pembenaran yang abadi ini….?????
  



Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More