PKD PMII KOMISARIAT UIN SGD BANDUNG

Pelatihan Kader Dasar Pergerakan mahasiswa Islam Indonesia Komisariat UIN SGD BANDUNG

Pendidikan dan Pelatihan Jurnalistik

Pendidikan dan Pelatihan Jurnalistik oleh Lembaga Pengembangan Pers dan Jurnalistik Pergerakan Islam Indonesia Komisariat UIN SGD BANDUNG, baca selengkapnya

Kabar Rayon

Bagi sahabat-sahabat Rayon Komisariat UIN SGD Bandung yang ingin mengirimkan tulisan, salam, ktirik dan saran ataupun sekedar Publikasi kegiatan bisa post informasi di blog ini. Selengkapnya...

Photo-photo Aksi

Tangan terkepal..dan Maju ke muka, LAWAN!!!

Kebersamaan Warga Pergerakan

Photo bareng panitia dan peserta saat berlangsungnya acara Pelatihan Kader Dasar PMII Komisariat UIN SGD Bandung
Tampilkan postingan dengan label Rayon Dakwah dan Komunikasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Rayon Dakwah dan Komunikasi. Tampilkan semua postingan

Rabu, 01 Juni 2011

NII VS SBY

Oleh : Asri Fatimah (Rayon Dakwah dan Komunikasi)

Kalaulah anda perhatikan pemberitaan yang ada di media akhir-akhir ini, tak lain media sedang gencar-gencarnya memberikakan tentang pemerintah kita yang digoncangkan dengan issu yang tak sedap yang mengatakan bahwa pemertintah telah mendanai suatu Ormas yang disebut Negara Islam Indonesia (NII) melalui salah satu parpol penguasa di negeri ini.

Senagian orang yang meninjau kasus ini dari kacamata politik berpendapat bahwa, isu ini diangkat karena pemerintah semata-mata ingin mengalihkan perhatian masyarakat tentang kasus korupsi yang menyeret bendahara umum partai penguasa negeri. Analisanya, pemberitaan terkait NII sudah muncul sekitar 2 tahun setelah kemerdekaan, tapi anehnya kenapa batu sekarang kasus ini diangkat, padahal proses penyelidikan kasus ini sudah berlangsung lama.

Menurut, Drs.Karsidi Diningrat, pemerhati Ilmu Kalam sekaligus Dosen disalah satu Universitas negeri di Kota Bandung mengatakan bahwa isu ini tidaklah benar karena terkait dengan penelitian yang telah ada di media yang membenturkan kasus NII bersumber di Ma’had Al-jaitun ternyata hanya isapan jempol belaka. Bahkan sampai sekarang pun kasus terkait aliran yang dianggap sesat ini tidak jelas dalam segi latar belakang hukum maupun aspek sosio-politiknya. Karena tak sedikit yang beranggapan, isu ini hanya media untuk menjatuhkan reputasi pemerintah, terutama kepala pemerintahan yakni bapak Susilo Bambang Yudoyono atau biasa di panggil pak SBY.

Jurnalistik Sebagai Bentuk Komunikasi

Oleh : Ervia Ufroh (Rayon Dakwah dan Komunikasi)

Jika kita berbicara tentang media, tulisan, broadcasting, reportase, maka erat kaitannya semua itu dengan kajian ilmu jurnalistik. Kegiatan jurnalistik itu sendiri bisa diartikan sebagai bentuk kegiatan penyiaran, penulisan, penyuntingan dan penyampaian informasi kepada khalkayak melalui media tertentu baik berupa cetak, maupun elektronik atau pun digital.

Selain itu, berbicara tentang ilmu jurnalistik pun tidak pernah lepas keterkaitannya dengan ilmu komunikasi. Seperti halnya yang diungkap Jalaludin Rahmat, penulis yang biasa dipanggil kang Jalal ini dalam bukunya yang berjudul Psikologi Komunikasi mengungkapkan “Bahwa 10% dalam hidup kita adalah bagian dari komunikasi. Dalam komunikasi itu sendiri terdapat 2 macam bentuk. Yakni, komunikasi verbal (Lisan ataupun Tulisan) dan komunikasi non verbal (Bahasa Tubuh).

Dewasa ini, banyak orang yang ingin mengapresiasikan sebuah ide kedalam tulisan, terbatasnya pengetahuan bagaimana cara menulis kadang menjadi kendala dalam proses kegiatan menulis. Namun hakikatnya setiap orang bisa menulis, hanya saja sering kali didasari dengan mental yang tidak seimbang.

Pembangunan mental seseorang dalam menulis memang diperlukan. Ketidakpercayaan terhadap diri sering kali menjadi distorsi bagi seorang penulis. Padahal dengan kepercayaan itu kita bisa mengembangkan potensi kita dengan adanya kritik maupun saran dari si Pembaca. Seorang mentor dalam sesi mentoring di Forum Penulis Jurusan pernah berkata kepada saya pribadi. Beliau berkata, “menulis bukan berbicara bisa atau tidak bisa. Tapi MAU atau TIDAK untuk bisa”.

Maka bisa kita simpulkan, bahwa Komunikasi memang tidak bisa dilepaskan dari eksistensi seorang manusia. Dan jurnalistik adalah bagian dari bentuk komunikasi yang dilakukan. Banyak orang yang terjun menjadi junalis bukan karena ia bisa atau tidak bisa. Tapi dengan kemauan, hal yang sifatnya tidak bisa dilakukan pun bisa dipelajari ketika mental kita sudah terbangun dengan baik untuk mempelajarinya. Dan tentu saja, penulis yang baik adalah orang yang gandrung akan membaca. Maka sudah menjadi simbiosis mutualisme antara menulis dan membaca.

Efek Pembangunan kampus

Oleh : Fikriyah Istiqomah (Rayon Dakwah dan Komunikasi)

Ketika muncul pertanyaan apa efek pembangunan kampus UIN SGD Bandung yang mengakibatkan perpindahan gedung tempat kegiatan belajar mengajar, dan pertanyaan ini dilemparkan kepada para Mahasiswa Fakultas dakwah dan Komunikasi, penulis keyakinan penuh mereka akan menjawab, “ya, itu sangat merugikan”.

Umumnya pihak-pihak yang dirugikan adalah Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati, hal senada dirasakan oleh para mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Ema Nurahmah, Mahasiswa Komunikasi dan penyiaran Islam Semester 2, disela-sela kesibukannya beliau menjawab pertanyaan penulis. “ya, saya merasa dirugikan. Saya sudah ngekost dekat dengan kampus, eh malah dipindagin, jadi otomatis saya pun harus mengeluarkan kocek untuk transfortasi ke tempat kuliah setiap hari”. Selain itu, para pedagang yang biasa berjualan disekitar kampus pun sontak mengalami kemunduran ringkat ekonomi karena perpindahan ini.

Ormas Tidak Layak di Perdebatkan

Oleh : Ema Nurahmah (Rayon Dakwah dan Komunikasi)

Perbedaan keyakinan di Indonesia sepertinya tidak ada habisnya untuk diperbincangkan oleh banyak orang. Terutama perbincangan terkait Ormas seperti Nahdhatul Ulama (NU), Muhammadiyyah, atau pun Persatuan Islam (Persis).

Di media dan dikhalayak umum seolah tak berujung membahas keyakinan yang tentu saja berbeda antara satu ormas dengan ormas yang lain. Seperti dalah permasalahan fiqhiyyah dan mu’amalah. Itu merupakan suatu hal yang lumrah, suatu hal yang sudah menjadi fitrah, dan tentu saja, baiknya itu bukanlah suatu hal yang perlu diperdebatkan terlalu keras karena bisa menimbulkan suatu perpecahan.

Sabtu, 20 November 2010

kesempurnaan-Nya

 Oleh: Aria Rizki Harahap
(Anggota Rayon Dakwah dan Komunikasi)
Diwaktu yang singkat
Hati hancur lebur
Membentuk tetesan air
Ketika kehausan
Biasnya cahaya kehidupan
kini mendapat energi
Kegelapan yang membelenggu
Sirna ditelan kesempurnaan waktu
Bangunlah, sang pangeran
Kini kau akan mampu meraih mahkotamu
Dan bangunlah istana kedamaian
Dalam kesempurnaan cinta abadi
Kediaman-Nya
Membuktikan kecintaan-Nya
Tetesan air dan energi
Membuktikan kesempurnaan-Nya

(Bandung. 15 November 2010. 04.25)
Oleh Aria R.H.

Maafkan Saya

Oleh: Sanghyang Mughni Pancaniti
(Pengurus Rayon Dakwah dan Komunikasi Bidang Nalar Intelektual)

Maafkan saya
Dulu ketika saya merasa seperti raja
Kemana-mana dikawal
Tempat duduk beda, dan harus paling depan
Serta diistimewakan
Kendaraan jangan Tanya
Kalo saya berceramah
Saya seakan-akan yang memberi petunjuk
Semua harus dengar
Dan harus taat
Tak mau menerima nasehat
Saya seperti menikmati posisi-Mu
Dipuja-puja, serta dikagumi
Sampai saya bergumam sendiri:
Laa illaha illa anaa

Seputar Rayon Dakwah dan Komunikasi

Dialog Imajiner Mughni dan Tuhan (Seputar Ampunan Tuhan)

Oleh: Sanghyang Mughni Pancaniti
(Pengurus Rayon Dakwah dan Komunikasi Bidang Nalar Intelektual)

Mughni yang merasa begitu malu untuk memohon ampunan kepada Tuhan, dia begitu bingung apakah Tuhan akan mengampuni dosa-dosanya yang banyak dan besar-besar?. dia memang meyakini bahwa Tuhan akan mengampuni dosa hamba-hamba-Nya. tapi disisi lain, banyak orang yang berkata, “Jika kita sering memohon ampunan Tuhan, namun setelah itu berbuat dosa lagi, memohon ampun lagi, berbuat dosa lagi, maka sama saja kita sedang ‘mempermainkan’ Tuhan.” atau sering disebut orang dengan ‘Taubat sambel’


Maka Tuhan pun merasa kasihan terhadap Mughni atas kebingungan yang dilandanya. sehingga pada suatu malam Tuhan mendatangi Mughni dalam mimpinya. maka terjadilah dialog antara Mughni dan Tuhan sebagai berikut:

Tuhan :    Aku lihat kamu sedang bingung?
Mughni :    Betul.
Tuhan :    Apa yang sedang menyerang fikiranmu wahai hamba-Ku?
Mughni :    Begitu banyak kedurhakaan yang aku perbuat kepada-Mu, aku sering beristighfar atas dosa yang aku lakukan, namun setelah itu aku tak kuasa mengendalikan hawa nafsuku sehingga berbuat dosa lagi, kemudian aku beristighfar lagi, dan berbuat dosa lagi. terus saja seperrti itu. apakah dengan begitu Engkau merasa aku ledek dan kupermainkan?
Tuhan :  Justru Aku senang melihat kamu terus memohon ampun kepada-Ku, walau pun setelah itu kamu berbuat dosa lagi.
Mughni :   Kenapa begitu? para ustadz selalu bilang, bahwa yang aku lakukan itu sama dengan mempermainkan-Mu?
Tuhan :    Sebetulnya yang Aku inginkan adalah taubat seperti itu.  aku ingin bertanya kepadamu, apakah ada seorang manusia yang setelah dia bertobat kepada-Ku, kemudian dia tidak berbuat dosa lagi?
Mughni :     Ya pasti tidak ada..! Karena Engkau sendiri yang menciptakan manusia untuk condong kepada kebaikan dan keburukan, sebagai ciri kesempurnaan manusia dibandingkan makhluk-Mu yang lain.
Tuhan :    Nah itu kamu tau..! jadi yang aku maksudkan ‘Taubatan Nashuha’ adalah bukan setelah bertaubat dia terus berhenti dari dosanya, tapi ‘Taubatan Nashuha’ adalah setelah dia berbuat durhaka kepada-Ku, maka dia merasa bersalah kepada-Ku, dan memohon ampuan-Ku, juga dia tidak berlaku congkakterhadap-Ku. walau pun setelah itu dia mengulang kembali dosanya. ingatlah mughni..! sesungguhnya Aku tak pernah bosan menerima taubatmu, sehingga kamu sendiri yang merasa bosan untuk bertaubat kepada-Ku.
Mughni      : Bagaimana jika dosa yang aku perbuat adalah dosa-dosa yang besar?
Tuhan :       Seandainya kamu datang kepada-Ku dengan membawa dosa setinggi langit, sebesar gunung, dan sebanyak buih lautan, kemudian kamu mengharap maaf-Ku, niscaya akan Aku maafkan kesalahanmu itu. dan Aku tidak akan perduli lagi dengan dosa-dosamu itu.
Mughni      :    Tapi kenapa banyak manusia, bahkan mereka dianggap orang yang berilmu, selalu berkata kepada saya, “Allah tidak akan mengampunimu, karena dosamu terlalu banyak. dan yang pantas untukmu hanyalah neraka jahannam”?
Tuhan :  Orang yang berkata seperti itulah yang tidak Aku sukai. merekalah yang membuat hamba-hamba-Ku berputus asa dari kasih sayang-Ku. mereka seakan-akan menuduh-Ku sebagai Tuhan yang mudah tersinggung, Tuhan yang kejam, dan Tuhan yang mudah murka atas kedurhakaan yang hamba-Ku perbuat. padahal mereka tahu bahwa kasih-sayang-Ku lebih besar daripada murka-Ku.
Mughni :   Kalau begitu, terima kasih atas anugrah yang Engkau berikan selama ini, maaf jika aku tidak suka bertaubat kepada-Mu, aku hanya mampu memohon ampun saja.
Tuhan :   Kenapa seperti itu?
Mughni : Wahai Tuhan, jika aku bertobat, seakan-akan aku berucap pada-Mu “Wahai Tuhan, aku berjanji tak akan mengulang kembali perbuatan dosaku” padahal aku sangat tahu keburukan perangaiku. karenanya aku tak ingin bertobat kepada-Mu. aku sudah malu untuk mengkhianati-Mu.
Tuhan :    baiklah kalau itu alasanmu. tolong sampaikan salam-Ku kepada hamba-hamba-Ku yang sering berbuat durjana. bilang kepada mereka ‘bahwa aku menunggu mereka di pintu ampunan-Ku’
Catatan: dialog ini hanyalah sebuah imajinasi saja, dan bukan berati saya sudah bertemu Tuhan.

Tiga Hari Menuju Kesuksesan

 Oleh: Ervia Ufroh
(Anggota Rayon Dakwah dan Komunikasi)

Adakalanya setiap manusia mempunyai keinginan untuk menjadi orang yang berhasil. Tanpa di ikuti dengan hati nurani, keinginan seseorang bisa tercapai namun tidak semaksimal dengan apa yang di inginkannya. Lain halnya dengan seseoranng yang di ikuti dengan hati nurani. Ia akan mendapatkan kemaksimalannya dengan penuh rasa kepuasan.

Bisa dibuktikan dengan seseorang yang menginginkan nilai tinggi pada saat ujian tulisan. Berbagai cara bisa dilakukan. Positifnya dia akan terus berusaha belajar, menghafal, dan menaruhnya pada memori fikirnya. Negatifnya, demi mendapatkan nilai yang tinggi itu, dengan tanpa harus ada usaha, dia akan melakukan yang lebih instan, yaitu dengan membuat catatan kecil sebagai bahan contekan dengan tanpa harus cape-cape menghafal.

Kedua cara untuk mendapatkan nilai tinggi bisa diperoleh dengan kedua cara tersebut. Tapi, dapat kita uji  kembali dari segi kualitasnya, pada saat di tanyakan kembali soal-soal ujiannya secara lisan, maka seseorang yang melakukan cara positif, akan menjawab pertanyaan sesuai dengan jawaban hasil tes tulisannya tersebut, karena ada materi yang telah ia hafal. Sedangkan dengan cara yang negative, ia tidak akan bisa menjawab pertanyaan secara maksimal, karena tidak ada memori hafalan yang ia dapat.

Seorang mahasiswa yang mempunyai keinginan menjadi mahasiswa yang memiliki 3 karakteristik yaitu man of intelectual, man of analysis, and man of change. Maka ia akan memanfaatkan segala fasilitas yang ada di kampusnya tersebut.

Mahasiswa bukan lagi anak sekolah dasar yang senantiasa disuapi oleh gurunya sendiri, tapi seorang mahasiswa yang ada keinginan untuk berhasil, maka ia akan berusaha menjadi orang yang memainkan pola fikirnya, peka terhadap lingkungan, menganalisis setiap realita kehidupan disekitarnya, lalu ia akan mencari solusi demi terwujudnya perubahan.

Sebuah cerita seorang mahasiswa yang mengikuti acara pelatihan hanya dalam jangka waktu 3 hari saja demi terwujudnya keberhasilan. Tepatnya disebuah perkebunan teh Negara Kanaan yang ada di kota Ciwidey. Tak asing bagi mereka yang mempunyai status sebagai peserta, harus mengikuti semua perintah panitia sebagai penyelenggara. Meski kaki selalu di hantui oleh sekelompok  semut yang sedang berperang, mata menatap seperti lampu 5 watt. Namun semuanya terlawan dengan terpaksa dan kadang hilang tak terasa, karena para panitia yang lebih reflek mempengaruhi fikiran, dan membuat rasa takut sentakan-sentakan terlontar.

1% kaum wanita diantara 99% kaum pria sebagai peserta pelatihan tersebut. Bukan hambatan agar acara tersebut tetap berlangsung. Tak pandang bulu, dia yang kuat atau yang lemah, status disamakan. Berbagai materi-materi tentang pelatihan di sampaikan begitu istimewa. Ilmu baru yang sebelumnya belum pernah di temukan, di suguhkan begitu sempurna. Bukan sekedar untuk di baca dan di rasa, tapi ilmu-ilmu yang ada punya gaya membuat raga untuk bertindak.

Materi pelatihan bukan sekedar untuk di dengar, tapi juga ada evaluasi materi, dengan maksud sejauh mana keseriusan si peserta dalam mendengarkan, memahami, dan mengikuti pelatihan ini. Di tengah malam gelap gulita, yang di selubungi sepoian angin di perkebunan teh Negara Kanaan tersebut, dimana sebagian orang, pada bantal mereka dihiasi gambar mirip pulau, hasil kerja kreatif alam bawah sadar. Nampaknya bukan jadi masalah bagi panitia untuk pengevaluasian materi dan pemeriksaan tugas yang diberikan panitia. Uniknya, ada saja sebagian peserta yang tidak khidmat, istilah sunda di katakan “ngeleuyeud”, mungkin ini adalah bahan santapan malam hari bagi panitia.

Teriakan-teriakan, bentakan-bentakan mungkin sedikit terdengar agak risih, tapi inilah gerbang awal menuju sebuah kesuksesan, pribahasa yang tak asing di dengar “berakit-rakit kehulu, berenang-renang ketepian” mungkin inilah para peserta nantinya “bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”. Istilah lain, orang tua mana yang tak ingin melihat anaknya menjadi penerus yang lebih baik. Dan begitu juga panitia ingin menjadikan peserta sebagai kader yang berkualitas nantinya.

Malam berangsur habis, dingin dan sepi yang menyertai juga segera bersiap pergi ke ujung gunung setelah semalaman memeluk kota Ciwidey. Pagi hari, ditengah-tengah acara seorang peserta meminta ijin untuk membuang air besar dengan meminta antar salah seorang peserta lainnya. Mungkin ini nikmat bagi mereka yang ikhlas dalam menjalani acara ini, di perjalanan menuju sebuah kamar mandi, seorang anak kecil penjual gorengan “gehu” datang menghampri mereka berdua, kesempatan yang tak boleh disia-siakan. Selama hal ini tidak mengganggu, menyimpang,  dan merugikan panitia acara dan peserta yang lain. Sambil melirik kanan kiri kerena takut ketahuan panitia mereka berdua membeli gorengan tersebut. Kesempatan jikalau bukan sekarang kapan lagi.

Perjalanan menuju kesuksesan belum berakhir, sebagai bentuk uji mental, dan uji materi para peserta, Panitia memanfaatkan kekayaan alam ini untuk di jelajahi para peserta. Berbagai materi-materi di evaluasikan kembali saat perjalanan berlangsung.

Hingga tiba di penghujung penjelajahan, peserta sedikit bisa bernafas lega, setelah mengelilingi hijaunya kebun teh yang begitu luas, dan diselingi berbagai pertanyaan-pertanyaan yang di lontarkan panitia. Sungguh menyesakkan. Tapi,  jika semuanya dijalani dengan rasa yakin dari hati nurani, segala pertanyaan, bentakan terlewati begitu saja.

Indah hidup ini jika dinikmati, diresapi, dan selalu memetik hikmah yang terkandung didalamnya. Segala sesuatu yang berdampak berat, tapi akan terasa lebih mudah jika di dasari dengan sugesti yang yakin.

...”Salam Pergerakan”...

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More