Rabu, 01 Juni 2011

Jurnalistik Sebagai Bentuk Komunikasi

Oleh : Ervia Ufroh (Rayon Dakwah dan Komunikasi)

Jika kita berbicara tentang media, tulisan, broadcasting, reportase, maka erat kaitannya semua itu dengan kajian ilmu jurnalistik. Kegiatan jurnalistik itu sendiri bisa diartikan sebagai bentuk kegiatan penyiaran, penulisan, penyuntingan dan penyampaian informasi kepada khalkayak melalui media tertentu baik berupa cetak, maupun elektronik atau pun digital.

Selain itu, berbicara tentang ilmu jurnalistik pun tidak pernah lepas keterkaitannya dengan ilmu komunikasi. Seperti halnya yang diungkap Jalaludin Rahmat, penulis yang biasa dipanggil kang Jalal ini dalam bukunya yang berjudul Psikologi Komunikasi mengungkapkan “Bahwa 10% dalam hidup kita adalah bagian dari komunikasi. Dalam komunikasi itu sendiri terdapat 2 macam bentuk. Yakni, komunikasi verbal (Lisan ataupun Tulisan) dan komunikasi non verbal (Bahasa Tubuh).

Dewasa ini, banyak orang yang ingin mengapresiasikan sebuah ide kedalam tulisan, terbatasnya pengetahuan bagaimana cara menulis kadang menjadi kendala dalam proses kegiatan menulis. Namun hakikatnya setiap orang bisa menulis, hanya saja sering kali didasari dengan mental yang tidak seimbang.

Pembangunan mental seseorang dalam menulis memang diperlukan. Ketidakpercayaan terhadap diri sering kali menjadi distorsi bagi seorang penulis. Padahal dengan kepercayaan itu kita bisa mengembangkan potensi kita dengan adanya kritik maupun saran dari si Pembaca. Seorang mentor dalam sesi mentoring di Forum Penulis Jurusan pernah berkata kepada saya pribadi. Beliau berkata, “menulis bukan berbicara bisa atau tidak bisa. Tapi MAU atau TIDAK untuk bisa”.

Maka bisa kita simpulkan, bahwa Komunikasi memang tidak bisa dilepaskan dari eksistensi seorang manusia. Dan jurnalistik adalah bagian dari bentuk komunikasi yang dilakukan. Banyak orang yang terjun menjadi junalis bukan karena ia bisa atau tidak bisa. Tapi dengan kemauan, hal yang sifatnya tidak bisa dilakukan pun bisa dipelajari ketika mental kita sudah terbangun dengan baik untuk mempelajarinya. Dan tentu saja, penulis yang baik adalah orang yang gandrung akan membaca. Maka sudah menjadi simbiosis mutualisme antara menulis dan membaca.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More