Rabu, 14 September 2011

Obrolan Eksistensialis dan Fenomenologi antara Odith dengan Astri

Oleh : Arip Budiman



assalamualaikum, puji syukur kepada Allah Swt yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk tetap selalu terdorong menulis. Kepada kang fauz yang telah menginspirasikan saya, karena sudah  membuat saya penasaran akan Eksistensialisme sartre yang terangkum dalam bukunya (semesta sabda) yakni obrolan sartre dan sabda. sungguh buku yang menggelitik dari kang fauz, karena telah membuat saya terus penasan akan sartre, untung saja tidak mati penasaran hehehehehe. kepada sahabat-sahabat komisariat kota bandung yang sudah mau sharing, sahabat-sahabat saya anak-anak rayon psikologi komisariat UIN SGD kota Bandung yang juga sudah bikin saya semangat membaca. buat kalian tetap semangat terus yaaaa jaya wat psikologi. buat odit dan astri saya minta izin wat penamaan tokoh cerpen yang akan saya tulis. ya gitu aja tkut keburu habis karakter penulisannya hehe.mhn mf saya tidak bisa sebut satu-satu nama sahabat-sahabat. mohon pengertiannya.
langsung saja, ada sebuah cerita :
pada suatu hari, odith dan astri sedang menunggu bis di bunderan cibiru. Odith dan Astri pada saat itu belum saling sapa, karena belum saling mengenal satusama lain. ketika odith dan astri duduk di sebuah halte sembari menunggu mobil yang ditunggunya, lalu diantara mereka memulai obrolan, diawali oleh sey hey odith dan pertanyaannya :
“odith” : hai….. mau kemana?
“astri” : hai juga, saya mau ke pasar, kalau kamu mau kemana?
odith” : saya mau ke pengajian, eh iya lupa, ngomong-ngomong namamu siapa? sebelumnya perkenalkan nama saya odith.
“astri” : oh odith, perkenalkan nama saya astri, duh rajinnya, mau kepengajian dimana dit?
“odith” : mau ke pengajian ustadz Maulana Yusuf yang di Jl. Karapitan itu as. daripada di rumah gak ada kerjaan. eh kamu emangnya mau ke pasar mana?
“Astri” : oh pengajian ustadz maulana yusuf….. sama atuh kita satu jurusan kesana. saya mau ke pasar yang deket UNIVERSITAS SANGGABUANA tea dith.
“odith” : oh…. yaudah kiata bareng aja kesananya as. hmmmm boleh nanya lagi gak as?
“astri”: kan kita lagi ngobrol, yang namanya ngobrolkan diawali dari bertanya hehehe ngertikan maksud astri?
<"odith" : hahahaha bisa aja kamu ah. begini as, apa kamu nyaman dengan nama kamu? dan apakah kamu menrasa bahwa kamu bisa menjadi dirisendiri karena namamu?
“astr” : hmmmm maksudnya? kayak pertanyaan filsafat aja.
odith” : ya begitulah, dulu orang-orang pada masa socrates filsafat menjadi obrolan sehari-hari bagi warga sekitar, gak ada salahnya kan budaya itu ciba kita terapkan dan biasakan mulai dari kita walaupun baru kenal.
Astr” : ya sepakat. ohya, saya merasa nyaman kok dengan nama yang telah saya sandang dari lahir, dan saya juga merasa ada (red. jadi diri sendiri), karena saya selalu berpikir. karena kalau saya gak berpikir yaudah saya mati hehehe
odith” : wahhhhhh ungkapanmua mirip sama descartes “ketika aku berpikir maka aku ada”. tapi kalo saya liat jawabanmu, bukan namamu yang buat kamu merasa ada, tapi karena berpikirmu? adakah korelasinya setiap berpikir dengan rasa nyaman?
astri ” : hmmmmm pertanyaan yang bagus tuh. saya pikir proses berpikir selalu tetap ada korelasinya dengan kenyamanan dan pemahaman, nama sebenarnya hanya sebatas aksidental pada tubuh saya, dan kerena proses bepikir itulah antara nama dan proses mengadaku terjadi singkronisasi untuk menjadi ada.
odith” : oh begitu tah, berarti berbicara berpikir, berbicara pemahaman atau kesadaran juga tah as?
aastri” : ya tepat sekali…..karena bagaimana mungkin proses berpikir ada tanpa sadar atau kesadaran. kalau namakan sebatas aksiden, jadi eksistensi sudah mendahului ketika kita sedang mengada, bener gak? hehehe. ohiya kalau kamu sendiri gimana?
odith” : ya bisa diterima juga… fenomenologi banget kamu as. kalau saya sebenarnya nyaman-nyaman aja dengan nama saya, cuma kalau berbicara eksistensi saya dalam sebuah kemengadaan, saya kadang merasa ada dan lebih sering merasa tidak ada sama sekali.
astri: ya betul, memang saya lagi baca fenomenologi hehehe. hmmm bisa sedikit agak dijelaskan ungkapanmu dith?
odith” : saya juga suka fenomenologi as, namun ada sedikit kritikan buat fenomenologi dari saya, yaitu penjelasan dari apa yang telah saya ungkapkan tadi.
yang pertama jika ada kaitanya  antara pemikiran dan kesadaran seperti yang telah kamu ungkapkan, maka berbicara kesadaran kata sartre ada dua. yakni kesadaran non reflektif dan kesadaran reflektif. yangdimaksud kesadaran non reflektif adalah kesadaran kita sehari-hari. contohnya seperti sekarang kita melihat mobil, daun pohon yang hijau, kerudungmu dan lain=lain. disini kita tidak ada (dalam artian kesadarannya) yang ada hanyalah mobil yang saya lihat, daun, pohon dan kerudung serta oranglain yang telah tersedot dalam pikiran saya, semuanya tersedot seperti halnya air dalam bak mandi yang tersedot pada saluran pembuangan. sedangkan kesadaran reflektif sendiri adalah ……
obrolan odith tiba-tiba saja kepotong oleh teriakan astri akan mobil yang ditunggu-tunggunya. ternyata mobil yang ditunggunya dari tadi telah meninggalkan mereka berdua. lalu astri berteriak ke odith :
astri ” : hey odith, liat mobil yang kita tunggu ternyata sudah meninggalkan kita…
karena keasikan mereka berbincang-bincang tentang filsafat, mereka tidak menyadari bahwa mobil yang ditunggunya telah meninggalkannya.
odith : waaaaah kita nunggu lama lagi dong…..
astri : iya, kamu sih kepanjangan menjelaskannya, jadinya saya keasikan mendengarkan penjelasanmu. yaudah sembari nunggu mobil lagi lanjutkan penjelasanmu, kamu gak telatkan ke pengajian maulana yusufnya?
odith : sudah telat sih…. tp gpplah. hmmmm kesadaran non reflektif adalah kesadaran tentang pikiran kita sendiri atau kita sendiri, contohnya ya tadi, ketika kita menyadari bahwa mobil yang kita tunnggu telah jauh meninggalkan kita, disini kita berpikir betapa bodohnya kita, karena telah terlena dan tersedot kesadaran kita akan apa yang diobrolkan kita. tadikan yang pertam, sekarang yang kedua : disinilah salahnya descartes atau edmun husrel. harusnya descartes berkata “ketika aku berpikir maka adapikiran” hehehehe
astri” : hehehehe begitu kah?, berarti kamu merasa ada tergantung kamu mengada dalam kesadan tertentu ya?
odith” : yupz….. memang begitu.
astri ” : hahahhaha bisa aja kamu dith. tapi tetep aku merasa bahwa ungkapan descartes masih bener kok.
odith” : yaudah ulurkan tanganmua biar saya cubit. ……….. sakit gak?
astri ” : awwwww sakit tau dit, kenapa kamu nyubit tiba-tiba?
odith” : hehehehe odith cuma pengen ngebuktiin pernyataan descartes aja as. mungkin itu bukti yang empirik kesalahan ungkapan descartes.
mereka berdua akhirnya lupa akan tujuannya, odith lupa ke pengajian, astri lupa ke pasar. karena semuannya telah tertelan oleh obrolan, sehingga tak terasa waktupun telah meninggalkannya. ya beginilah, hidup memang penuh keabsudan. hehehe
mohon kritik dan sarannya.
tobe continue……… (isnsya allah)

artikel ini bisa dilihat juga disini

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More